Seminggu sudah anakku Hanif masuk di Ponpes Al Kahfi. Seperti pada umumnya baik di sekolah umum maupun swasta ada kegiatan orientasi siswa, untuk di ponpes Al Kahfi disebut PETA atau Pekan Ta’aruf.
Sabtu ini 15 Juli saatnya untuk menjenguk yang pertama kali. Jam 06.00 tepat aku, istri dan Mila anak perempuanku berangkat dari rumah di Gandul untuk menuju terminal Depok, sampai terminal kami langsung naik bis jurusan Depok Sukabumi, Alhamdulillah masih kebagian tempat duduk, kami duduk didepan, tepat dibelakang sopir.
Tepat jam 07.00 bis bergerak dari terminal, walaupun bangku sudah penuh bis jalan perlahan untuk mencari penumpang tambahan dan sampai di Citeureup masih sempat ngetem sebelum masuk pintu tol Citeureup. Ada beberapa penumpang naik lagi hingga bis terasa penuh dan beberapa penumpang harus berdiri, ini juga karena bis paling awal berangkat jadi banyak orang yang ada kegiatan pagi menggunakan bis ini. Tidak berapa lama bis bergerak perlahan, mencoba menerobos kendaraan lain untuk segera masuk pintu tol Citeureup. Dengan terlebih dahulu mengambil tiket, bis langsung tancap gas dengan minimal kecepatan 60 km perjam dan mengambil jalur paling kiri. Tidak lebih dari 1 jam didepan mata sudah nampak kemacetan, jelas saja tol ini salah satu tol untuk menuju puncak, Cisarua dan obyek wisata lainnya dan juga ini hari Sabtu jadi tidak heran kalau kemacetan terjadi. Bis mulai mengambil jalur paling kanan sedikit demi sedikit, kurang lebih 5 km kemacetan benar benar terjadi, bis merayap sedikit demi sedikit dengan tetap mempertahankan posisi dijalur paling kanan karena bis harus keluar ke Ciawi yang merupakan titik kemacetan paling padat di persimpangan menuju puncak. Akhirnya sampai juga di pintu keluar tol Ciawi, setelah bayar tol Bis langsung bergegas menuju perempatan Ciawi mengarah ke Sukabumi. Sepanjang jalan dari Ciawi menuju Lido masih beberapa kali menjumpai kemacetan terutama di pasar Caringin dan Cikretek juga beberapa tempat yang sedang diperbaiki jalannya. Kurang lebih jam 10 an kami turun didepan gerbang SPN yang juga merupakan jalan masuk ke pondok pesantren Al Kahfi. Dengan menggunakan 2 ojek kami ke lokasi dan langsung menuju wisma Utsman dimana Hanif tinggal.
Terlihat para santri sedang melakukan kegiatan bebas, ada yang sedang bermain bola, bercerita, ada yang termenung, entah apa yg dipikirkan. Ada juga beberapa orang tua yang sudah hadir disana untk menjenguk anaknya dan sebagian besar untuk membawa barang barang yang dibutuhkan.
Hanif nampak senang dikunjungi. Hal pertama yang diceritakan adalah pengalamannya mengikuti jurit malam. Apa yang diceritakan mirip pengalamanku pada saat mengikuti latihan pendidikan dasar militer di Ciampeak Bogor. Mulai dari harus berjalan sendiri sendiri dalam kegelapan malam, ditakut takuti pocong pocongan dan lain lain. Walaupun sama metode namun beda mental, karena beda usia, Hanif mengalami pada usia 12 tahun dan aku mengalaminya pada usia 18 tahun, tentu beda dalam menyikapinya.
Satu lagi yang terlihat adalah kegiatan yang padat dengan kegiatan keagamaan. Sejak mulai bangun pagi jam 03.30 untuk melakukan sholat tahajut , dilanjut sholat shubuh berjamaah dan mujarohah begitu seterusnya selesai sholat fardhu wajib tadarus Al Quran.
Mungkin karena masih baru, mereka belum terbiasa untuk tertib. Diawal masuk wisma tadi masih keliatan berantakan. Ya,…..mereka belum terbiasa untuk tertib, mungkin kebiasaan mereka dirumah sebelumnya biasa dilayani,,sekarang di sini mereka harus mandiri, semua diurus diri sendiri.
Selain membawakan barang barang yang dibutuhkan juga beberapa makanan kecil dan merapikan barang barang dilemari dan tentunya tidak kalah penting nasehat nasehat.
Dari 108 santri katanya ada satu orang santri dari Jakarta yang sudah kabur pulang kerumah, dan akhirnya diantar kembali oleh orang tuanya namun diambil lagi, mungkin pada saat masuk tidak berdasarkan kemauan anak tapi hanya keinginan orang tua saja. Ada satu lagi sudah pulang duluam karena terjatuh pada saat kegiatan PETA.
Untuk satu minggu pertama ternyata masih diijinkan para santri baru untuk pulang kerumah bila dikehendaki, dan Hanif ternyata sudah minta ijin wali asramanya. Sebenarnya saya kurang setuju karena baru satu minggu, namun karena kemauan mamahnya juga akhirnya ijin juga untuk keluar pada sabtu sore dan paling lambat jam 05.30 sore hari minggu sudah kembali ke asrama.
Sebenarnya tidak ada acara khusus dilakukan pada malam minggu dan hari minggu, karena sampai di rumah kakak ipar juga sudah malam. Hari minggu hanya berenang dan belanja kebutuhan yang masih kurang. Pukul 13:00 tepat kita pamitan untuk berangkat ke asrama lagi diantar kakak ipar ke terminal, namun belumsampai terminal orang tua salah satu teman Hanif di Al Kahfi menawarkan untuk bareng dan kita janjian ketemu di Botanik squer. Jam 14:00 mobil bergerak ke Lido , jam 16:00 sampai dan Hanif langsung ikut sholat Ashar berjamaah dan ikut kegiatan tadarus . Setelah selesai kegiatan bebas digunakan untuk merapikan pakaian dan lain lain.
Tepat setelah Maghrib kami pamitan untuk pulang setelah memberi wejangan pada Hanif. Mobil bergerak jam 18:00, kemacetan sudah mulai terjadi dan untk menghindari kemacetan kita potong jalan melalui Tapos sampai di Ciawai tepat pukul 19:00, kami turun di Ciawi untuk melanjutkan dengan menggunakan angkutan umum ke Rambutan. Terima kasih pak Edy atas tumpangannya. Jam 21:00 bus sampai di Rambutan. Kami makan dulu di warteg kemudian naik taksi ke Gandul. Tepat pukul 21:30 sampai dirumah, kemudian kami bersih bersih terus istirahat, melelahkan memang, tapi kami senang bisa nengok Hanif untuk pertama kali. Rencana dua minggu kedepan kami akan nengok lagi. Mudah mudahan Hanif diberi kekuatan, kemudahan mengikuti pendidikan di Al Kahfi,..amin,….
Leave a reply to lantunanhati Cancel reply